Thursday, March 14, 2013

Tak Berawal dan Berakhir



Bulan menatap jauh. Sudah hampir 3600 detik ia hanya memandang kosong. Berbagai macam pikiran hadir dan menghilang. Dia pun menghela nafas berat. Ada Bintang yang duduk manis disebelahnya, dengan muka bertanya-tanya. Hatinya pun resah.


"iya, atau tidak."

Bulan perlahan menatap Bintang yang diam di sampingnya. Tak berucap kata. Rasanya ingin telepati saja. Dengan segala keberanian, akhirnya ia berbicara.

"Aku takut, apa yang sudah kujaga selama ini, akan hancur. Aku bahagia. Dan denganmu, mungkin aku akan lebih bahagia. Tapi sampai kapan? Haruskah ku persiapkan dulu sampai akhir waktunya? Sehingga nanti, pada akhir, tak akan seperih itu?"



Mata cantik itu perlahan terlihat sayu. Buliran bening menggenanginya.

Bintang hanya terenyuh. Dia tak ingin berbual menyenangkan hati sang pujaan.


"Aku bukan Tuhan. Aku pun tidak tahu apa aku akan membuatmu senang. Tapi Malam berbisik padaku. Dan aku pun sudah berjanji dengan Malam. Aku akan menjagamu, mungkin dekat, ataupun jauh. Melihatmu senang akan hidup, sudah menjadi bahagia buatku. Tapi, aku ingin memiliki hati itu. Tidak Sepenuhnya, karena itu milikmu. Setidaknya ingin kulukis cerita disitu."



Dan mata itu bertemu, tak banyak yang terucap. Hanya hati yang sudah terikat. Hening, sehening malam yang menyapa. Perlahan Bintang menghilang meninggalkan Bulan. Tanpa memeluk, tanpa kata perpisahan. Bulan tau, tak selamanya Bintang akan menemaninya, meskipun ia telah berjanji pada malam. 


"Yah, kamu memang seharusnya pergi. Mungkin hati kecil ini tak rela. Tapi, aku yakin, akan ada hati yang tulus yang lebih bisa membuatmu senang. Tidak ketika bersamaku. Meski cintamu padaku begitu besar. Dan berjanjilah, jangan sisakan rasa itu untukku ketika kau sudah bersama yang lain. Karena itu akan melukaiku, karena melepasmu."

Hening. Tak ada yang mengerti akhir dari semua ini. Begitupun Bulan. Dia hanya tau, sampai penghujung saat ini rasa yang ada buat Bintang tak sepenuhnya sirna. Bukan, bukan Bulan berharap Bintang kembali dalam peluknya dan menemaninya. Bulan hanya berharap akan ada yang menemaninya bercahaya. Yah, berharap Tuhan mengirimkan yang lebih gemerlap ketimbang Bintang. Hanya itu. 


<;)))))))))<l

"Aku mau kau bahagia tanpa aku. Aku mau aku tak melukaimu lagi. Aku takut tak akan bisa buatmu tersenyum bahagia. Karena aku tau, aku selalu buatkan menitikkan air mata. Aku bukan malaikat, aku bukan ibu peri yang bisa kabulkan apapun yang kau mau. Aku takut. Dan kini, aku tau, aku telah kalah dengan keadaan. Aku berharap langkahku meninggalkanmu, akan lebih membuatmu bahagia dan menemukan yang lebih gemerlap dari padaku. Karena, aku tau kau pantas untuk bahagia."

Harapnya, Bulan akan lebih senang tanpa dirinya. 

Satu hal yang Bulan dan Bintang lupa. Tanpa satu sama lain, malam tak lagi indah. Tak lagi bercahaya. Tak lagi menawan. Itulah sebabnya, Tuhan menciptakan keduanya untuk saling melengkapi. Memperlihatkan gemerlap yang mereka punya. Ah...

 


-Chikout-

No comments:

Post a Comment