Friday, February 8, 2013

Ulid Tak Ingin Ke Malaysia


Ini bisa dibilang 'bukan' referensi. Ini semata-mata karena saya adik kandung dari si penulis novel yang berjudul "Ulid Tak Ingin Ke Malaysia". *somboong dikit nih ceritanya, tapi gak penting banget bukan aku juga yg jadi penulis. Ngoooooookk... *mlipiir isin*| Sebagai seorang adik harusnya bisa tergugah (oleh cerita tsb). *sempet mewek gitu deh ceritanya, tapi ga penting. Gak ada yg nanyain juga kaliiik... (emang masih inget gitu nangisnya pas bagian mananya??? Nyiahahaha... :p *jedotin kepala*| Tapi, tak apalah, setidaknya saya amat sangat mengidolakan cacak saya yang satu ini ---> (Mahfud Ikhwan). Meski, ia-nya (kami) tak begitu akrab, tapi saya tau, cacak saya sangat menyayangi saya, lebih dari saya sendiri tau. Sedikit malu memang, karena saya pribadi tidak bisa sekritis cacak2 saya, saya hanya seorang adik, anak, teman, sahabat, dan pribadi yang memiliki segudang mimpi, tapi tak tau (bagaimana) cara mewujudkan mimpi-mimpi yang terkadang membuat saya (lebih) memilih untuk menghayalkannya saja. Bukan karena terobsesi, melainkan saya amat takut mimpi itu hanya numpuk dalam benak saya. :) :)

Ini gak pakek peres, pertama ketika 'sebelum' meminta buku ini kepada Cak Put saya melihatnya dengan amat sangat nanar. Ada perasaan bangga, iri, puengeeen juga kayak si Cacak. Iri-- kapan yah kira2 bisa gitu jadi penulis dan nerbitin buku hasil karya sendiri. Aaaaaaahhh... Cacak saya satu ini memang the best!! Yah, salah satu orang yang paling saya takuti juga nih ceritanya. Hhehhee :)

Dan, (masih amat sangat mengingatnya) ketika itu saya membacanya di kelas pas jam perkuliahan, ah lupa itu pas semester berapa. *berpikir keras* Zzzzzz....| Dan ketika itu ada seorang teman bertanya padaku, "buku apa itu Chik?" aku menoleh dan kemudian menjawabnya dengan bangga, "ini buku kakangku..." kataku singkat, dan melihat seketika mimik teman yang bertanya tadi. Aku tau dia agak tidak percaya, eehhmmm... dikiranya saya bohong. Padahal ini beneran kaliikk reekk...

Dan tidak hanya itu, aku berusaha memamerkan novel tersebut ke teman-teman. Yah, tidak sedikit yg akhirnya percaya, bahkan ada yg ingin meminjamnya. Oke... (lagi, aku lupa siapa yg meminjam) hhehehe... :) Dan, satu hal lagi yang bikin aku nyengir girang. ternyata kakak perempuan dari seorang teman juga sudah membeli buku itu loh.. bahkan, ketika itu (temenku tau) klo aku adiknya si penulis, dy pengen banget dimintain tanda tangan si Cacak. Cakeeeeeepppp... Muuuuuachhh... :* Ilopyuuh Cumi!!!



Ulid Tak Ingin Ke Malaysia - Makhfud Ikhwan, 2009, Jogya Bangkit Publisher





#fokuskeTopik
Tentang Ulid, saya memang sempat menitikkan air mata ketika membacanya. (ah, lebay dikit...) Tapi, yah, memang hanya bisa mewek. Bukan karena sok-sok-an buku itu adalah karya cacak saya (Mahfud Ikhwan). Buku itu sebenarnya memberi tau saya, bahwa ketika itu saya amat sangat (masih) kecil dan tidak mengetahui apa-apa. (dulu) mungkin cacak-cacak saya ikut merasakan susahnya (materi). Karena memang, dulu keluarga saya termasuk keluarga (yg kurang mampu). Lagi dan lagi, ketika mengingat ttg hal itu, saya langsung ingat kepada yg bernama ibu. Ah, jika mengingatnya, mewek deh... Ibuku, wanita hebat yg telah melahirkan kami bertiga (Cak Put, Cak Abib, dan Aku). Sudahlah, kali ini sudah dulu nomongin masalah Ibu, karena saya akan amat mellow. HHahha :D
Yang aku tak mengerti, kenapa Cak Put memasukkan seorang saudara lagi?? Padahal, kita kan cuma 3bersaudara, Yah, gak ngerti juga alasannya apa? Saya 'kurang enak' mau menanyakannya, yah meskipun beliau itu kakak saya. Di sini saya 'hanya' sebagai penikmat bacaan. Sempet juga, seorang sepupu bilang sama aku, yah agak 'mengkritik' gituu deeh... "Kok nama desanya diganti desa Lerok sih. Lhawong desa bagus-bagus kok diganti itu." Katanya. Aku hanya nyengir, ya iyalah aku nyengir, lhawong gak ikutan nulis jee... Sebenarnya 'Lerok' gak jauh dari 'Lembor' (Nama asli Desa-ku), keduanya sama-sama diawali huruf 'L'. Halaaahhh... #GagalFokus *sok ngerti*
Yah, overall... Isi dari novel itu membuat aku dan memberi tau aku serta membawaku turut merasakan atmosfir masa lalu dari keluarga kecil yang sederhana 'cenderung' miskin, itu keluargaku yang aku sendiri lupa kayak gimana. Yah, aku lebih banyak ngerasain enak ketimbang Cak Put (si penulis). Aku masih terlalu kecil untuk mencerna semuanya. namun yang pasti... Tak melulu aku bahagia dengan yang ada sekarang. Karena ibuku harus pergi merantau ke Negeri sebrang, aku kehilangan kasih sayang, sedari kecil tak mengenal siapa ayahku, aku tak pernah ngerasain gimana rasanya dibagi cerita oleh bapak yang Cak Put dan Cak Abib dapatkan, yah mungkin itu sebabnya aku berbeda dari mereka berdua. Mereka yang cenderung kritis, sedangkan aku yang cenderung apa adanya 'mendekati' begooo... *haiiisss... merendahkan diri nih* hhahhaha... :D
Yah, terkadang aku sempat menyalahkan keadaan yang gak berpihak ini. Tapi aku bisa buat apa. *hening... Sudahlah, capek klo mau menyeee...  hhehehe :)| Pokoknya, sukses terus yah cak. Ilophyuuh puulll... Tetaplah menjadi Cacak yang ku banggakan dan ku idolakan. You are herro for me!! hhihihihi... *alay
Sudah deh klo begitu, ini bersambung dulu deeeh kalo begitu... 

-Chikout- :))

No comments:

Post a Comment