Sunday, May 6, 2012

Ini belum selesai...^^



KATA
Dalam buku Tata Bahasa Deskriptif: Sintaksis karangan Harimurti Kridalaksana penekanan kata di dalamnya adalah kata dalam pengertian linguistis. Dengan membedakan kata atas satuan-satuan pembentukannya sehingga ada (a) kata sebagai satuan  ortografis, (b) kata sebagai satuan fonologis, dan (c) kata sebagai satuan gramatikal.
a)      Kata sebagai satuan ortografis
Kata dapat ditandai oleh ortografis yang berlaku, tergantung pada system aksara yang dipakai oleh suatu bahasa. Dalam bahasa Indonesia berlaku system aksara latin, sehingga kata sebagai satuan tulisan dipisahkan oleh spasi dari kata lain. Misalnya dalam contoh: “Bapak datang” adalah dua kata yang ditandai oleh spasi di antaranya, yaitu “bapak” dan “datang”.
b)      Kata sebagai satuan fonologis
Cirri fonologis untuk kata dalam bahasa Indonesia adalah:
1.      Pola fonotaktik tertentu, yaitu pola umum suku kata V, VK, KV, KVK, KKV, KKVK, VKK, KVKK, KKVKK, KKKV, dan KKKVK.
2.      Tidak ada gugus konsonan pada suku terakhir, kecuali /ns/ dan /ks/, itupun dari bahasa asing.
3.      Tidak memiliki cirri-ciri suprasegmental untuk menentukan batas kata
4.      Jeda potensial
5.      Apabila ditemui urutan fonem seperti /mg/, /mt/, /td/, /kg/, dapat dipastikan bahwa fonem yang kedua merupakan bagian kata lain.
c)      Kata sebagai satuan gramatikal
Kata gramatikal mempunyai dua cirri, sebagai berikut:
1.      Kebebasan bergerak dengan tetap mempertahankan identitasnya (positional mobility), misalnya: “ini rumah”
2.      Keutuhan intern (internal cohesion) atau ketaktersisipan (uninterruptibility)
Proses pembentukan kata adalah proses terjadinya kata dari morfem dasar melalui perubahan morfemis.
1)      Gramatikalisasi
Adalah perubahan tataran yang pertama dalam sintaksis, namun tidak semua morfem dapat menjadi kata. Misalnya “ber” merupakan morfem terikat yang tidak dapat meningkat menjadi kata, “rumah” merupakan morfem bebas yang dapat meningkat menjadi kata, dan “juang” adalah morfem terikat , akan tetapi dapat meningakat menjadi kata.
            morfem               terikat               afiks
             kata                    bebas              dasar terikat
2)      Afiksasi
Masalah afiksasi dibicarakan dalam morfologi, dalam hal ini hanya bersangkutan dengan pembentukan kata, khususnya kata kompleks. Dalam bahasa Indonesia dikenal jenis-jenis afiks yang secara tradisional diklasifikasikan atas tujuh macam:
a.       Prefiks adalah afiks yang terletak di muka bentuk dasar. Misalnya: meN-, di-, ber-, ke-, ter-, se-, peN-, dan pe-/per-
b.      Infiks adalah afiks yang terletak di dalam bentuk dasar. Misalnya: -el-, -er-, dan  -em-
c.       Sufiks adalah afiks yang terletak di belakang bentuk dasar. Misalnya: -kan, -i, -nya, -wati, -wan, -man, -isme, dan –isasi
d.      Simulfiks adalah afiks yang dimanifestasikan dengan cirri-ciri segmental yang dileburkan pada bentuk dasar. Yaitu dalam bahasa Indonesia simulfiks dimanifestasikan dengan nasalisai dari fonem pertama suatu bentuk dasar dan fungsinya ialah menverbalkan nomina, adjektiva, atau kelas kata. Contohnya: kopi-ngopi, soto-nyoto, dll
e.       Kombinasi afiks adalah kombinasi dari dua afiks atau lebih yang dihubungkan dengan bentuk dasar. Contoh:
Memperkatakan         sebuah bentuk dasar dengan kombinasi tiga afiks; dua prefiks, dan satu sufiks.
Dalam bahasa Indonesia kombinasi afiks yang dikenal ialah “me-…-kan, me-…-i, memper-…-kan, dsb.
f.       Konfiks adalah yang terdiri dari dua unsur, satu di depan bentuk dasar dan satu di belakang, dan berfungsi sebagai satu morfem terbagi. Dalam bahasa Indonesia empat konfiks, yaitu ke-…-an, peN-…-an, per-…-an, ber-…-an. Contoh kata: “keadaan” dari kata dasar “ada”
g.      Superfiks atau suprafiks adalah afiks yang dimanifestasikan dengan ciri-ciri suprasegmental atau afiks yang berhubungan dengan morfem suprasegmental. Afiks ini tidak terdapat dalam bahasa Indonesia.
Proses afiksasi bukanlah sekedar perubahan bentuk saja, ada pula perubahan makna gramatikal karena afiks adalah bentuk sedikit banyak mengubah makna gramatikal dari bentuk dasar. Sistem afiksasi dalam bahasa Indonesia mengikuti proses. Contoh:
a.       Proses yang lengkap:             pelajar
Ajar              belajar               pelajaran
                     Mengajar           pengajar
                                               pengajaran
tinju             bertinju              petinju
                     meninju            peninju
b.      Proses dengan rumpang
Juang             berjuang            pejuang
                      Menjuang          pejuang                                 
3)      Reduplikasi
Proses reduplikasi bukanlah unsur gramatikal, melainkan proses gramatikal, oleh karena itu reduplikasi bukanlah afiks. Reduplikasi gramatikal adalah reduplikasi yang berfungsional. Dalam reduplikasi gramatikal dapat dibedakan reduplikasi sintaksis dan reduplikasi morfemis. Reduplikasi morfemis adalah reduplikasi gramatikal yang menghasilkan bentuk yang berstatus kata. Contoh: rumah-rumah, bersih-bersih. Reduplikasi morfemis diklasifikasikan atas lima macam:
a.       Reduplikasi penuh
Contoh: rumah-rumah, bersih-bersih
b.      Reduplikasi berinfiks
Contoh: tali-temali, turun-temurun, gunung-gemunung,teram-temaram.
c.       Reduplikasi dengan varian fonem
Contoh: bolak-balik, huru-hara, lauk-pauk, dll
d.      Reduplikasi dengan pengulangan suku pertama dengan atau tanpa pelemahan vokal, misalnya: tetamu, lelaki, dan leluhur.
e.       Reduplikasi antisipatoris, yaitu reduplikasi yang terjadi atas kata yang berprefiks dengan menyebutkan dasarnya lebih dahulu, misalnya: pukul-memukul, tembak-menembak.
4)      Penggabungan morfem dasar
Kata dapat berbentuk karena morfem dasar bergabung dengan morfem dasar. Dan hasil penggabungan disebut kata majemuk.
5)      Pemendekan
Kata dapat juga terbentuk karena morfem dasar tunggal atau gabungan morfem dasar disingkat. Proses pemendekan dapat diperinci atas hal-hal sebagai berikut:
a.       Penyingkatan adalah pemendekan yang menghasilkan huruf atau gabungan huruf, seperti DPR, KKN (singkatan auditif), ataupun yang tidak misalnya dsb dan yth (singkatan visual). Hasil penyingkatan disebut singkatan.  
b.      Pemenggalan adalah pemendekan dengan mempertahankan salah satu bagian morfem dasar, misalnya: bu (dari ibu), dll. Hasil pemenggalan disebut penggalan.
c.       Kontraksi adalah pemendekan morfem dasar, misalnya: tak (dari tidak), takkan (dari tidak akan), dsb.
d.      Akronim adalah pemendekan dengan menggabungkan huruf atau suku kata atau bagian lain yang ditulis dan dilafalkan sebagai kata yang memenuhi kaidah fonotaktik, misalnya: sikon (dari situasi dan kondisi), dsb.
e.       Pelambangan huruf adalah pemendekan yang berupa satu huruf atau lebih yang menggambarkan konsep dasar seperti kuantitas, satuan, atau unsure, misalnya: gr (untuk gram), cm (untuk sentimeter), dsb.
6)      Derivasi balik
Derivasi adalah proses terjadinya kata karena bahasawan membentuknya berdasarkan pola-pola yang ada tanpa mengenal unsur-unsurnya, sehingga terjadi bentuk secara historis tidak ada. Contoh:
Kata pungkir dalam dipungkiri sering dipakai karena dianggap bentuk pasif dari memungkiri, akan tetapi kata pungkir tidak ada, yang ada adalah mungkir kata berasala dari bahasa Arab. Terjadinya mungkir                
pungkir didasarkan kepada pola pasang       memasanga         dipasang atau dipakai           memakai            dipakai.
7)      Kombinasi proses/ Gabungan Proses
Dalam menganalisis hasil gabungan perlu dilihat proses mana yang lebih dahulu terjai, apakah proses afiksasi lebih dulu kemudian reduplikasi atau sebaliknya.
a.       Reduplikasi bergabung dengan afiks
Contoh: berfoya-foya, berangan-angan, dsb.
b.      Afiks bergabung dengan reduplikasi
Contoh: berseri-seri          memilih-milih
              Tergesa-gesa       bermain-main, dsb.
c.       Afiks bergabung dengan gabungan morfem dasar
Contoh: bersatu padu, tersebar luas, dsb.
d.      Afiks bergabung dengan kependekan
Contoh: di-tilang, di-SK-kan, dsb.
e.       Gabungan morfem dasar bergabung dengan afiks
Contoh: berperan serta, berbulan madu, bersenda gurau.
f.       Afiks bergabung dengan derivasi balik
Contoh: dipungkiri, dipintanya
g.      Reduplikasi terhadap gabungan
Contoh: rumah-rumah sakit, orang-orang tua, nilai-nilai agama, angka-angka ujian



No comments:

Post a Comment