Monday, March 24, 2014

Pagiku...

(The Rain feat. Endank Soekamti)

Aku sudah mulai lupa
Saat pertama rasakan lara
Oleh harapan yang pupus
Hingga hati cedera serius

Terima kasih kalian
Barisan para mantan
Dan semua yang pergi
Tanpa sempat aku miliki

Tak satupun yang aku sesali
Hanya membuatku semakin terlatih

Begini rasanya terlatih patah hati
Hadapi getirnya terlatih disakiti
Bertepuk sebelah tangan (sudah biasa)
Ditinggal tanpa alasan (sudah biasa)
Penuh luka itu pasti tapi aku tetap bernyanyi

Lama tak ku dengar tentangnya
Yang paling dalam tancapkan luka
Satu hal yang aku tahu
Terkadang dia juga rindu

Terima kasih kalian
Barisan para mantan
Dan semua yang pergi
Tanpa sempat aku miliki

Tak satupun yang aku sesali
Hanya membuatku semakin terlatih

Begini rasanya terlatih patah hati
Hadapi getirnya terlatih disakiti
Bertepuk sebelah tangan (sudah biasa)
Ditinggal tanpa alasan (sudah biasa)
Penuh luka itu pasti tapi aku tetap bernyanyi

Begini rasanya terlatih patah hati
Hadapi getirnya terlatih disakiti
Bertepuk sebelah tangan (sudah biasa)
Ditinggal tanpa alasan (sudah biasa)
Penuh luka itu pasti tapi aku tetap bernyanyi


Hello Monday... Are you ready? yeaah... I'am ready....
Sudah Senin aja, dan aku? ah, masih sama. Nikmatin aja dah... meski sesungguhnya berat banget nih. Sudahlah, di-enjoy-in aja wes, streeeeeeeeesss!! --______-- Pagi-pagi nyalain tipi, eh ada lagu yang mengalun dengan nohoknya. Aiihh... itu lagu bisa banget deh ah... Hey kalian para mantan pacar dan mantan gebetan yang belum jadi pacar tapi nyakitin. Bagaimana hidup kalian? menyenangkan kah? semoga... I hope you all an happy everyday and everywhere... #uhhhuuuukkk|| Tak berhenti demikian, aku yang sekarang telah memiliki kehidupan baru dan jauh lebih menyenangkan. terima kasih kalian para mantan, yang dengan segala kehormatan telah mengajarkan aku bagaimana rasanya sakit, menangis, bahkan tawa yang kalian lakukan dengan cara kalian masing-masing. karena aku (sekarang) lebih bahagia, semoga kalian demikian. Salam damai sejahtera untuk kalian. God bless you all... :))|| "Tak satupun yang aku sesali... Hanya membuatku semakin terlatih" terima kasih...

Thank's to The Rain yang selalu menciptakan lagu yang bisa banget "ngena-nya". I love you song, all of song of you. *sambil nyanyi-nyanyi lagu lamanya The Rain*

Friday, March 21, 2014

WHAT SHOULD I DO?

Hai kau blogg-ku yang telah lama tak ku urus. Apa kabar kamu? Ah, rasa-rasanya sudah lama aku tak menjamahmu. Aku terlapau sibuk dengan urusanku yang tak kunjung kelar. Aih... But don't worry, kau tetaplah punyaku. Yah, karena hanya kamu yang mampu dan mau mendengarkan segala apa keluh kesahku. You are the best...

Today? ngomong-ngomong tentang hari ini, tak begitu menyenangkan. dengan kondisi yang masih diserang rasa "ngilu" (baca: sakit), hati pun ikut demikian. Sebenernya aku (selalu) berharap aku menjadi aku yang daahulu: cuek, mandiri, tak tergantung dengan siapapun. Yah, bisa berdiri sendiri. namun, rasa itu terbungkus seiring dengan moment yang pernah ku alami. Kalau aku kembali seperti dulu, lalu apa bedanya? Yang seharusnya adalah, aku berubah, tak seharusnya aku menjadi seperti dulu. Namun, ketika menjadi diriku yang saat ini, rasa-rasanya aku semakin kekanak-kanakan. Inginku sewajarnya saja. Inginku apa adanya seperti yang biasa. Eh tapi... semua berubah.

Semenjak memiliki hubungan dengan seseorang secara "berdekatan" jarak-ruang-waktu (baca: bukan LDR (lagi)) semua berubah. LDR? aku tak pernah mengeluh dengan hal itu. tapi rasanya, tak ingin lagi punya hubungan LDR. apalagi memakan waktu yang tak sebentar.  rasa-rasanya juga, aku telah trauma. Namun, hubungan yang berdekatan pun tak membuatku jauh lebih baik. Bagaimana tidak. rasanya selalu ingin bersama. semua itu karena kebiasaan. dan aku telah terbiasa menikmati hari-hari bersama-nya. Salah? Tidak, ku pikir aku tidak salah jika berpikir aku ingin selalu bersama dia (re: pacarku). Siapa yang tak ingin bersama pacarnya. Aku sudah (pernah) ngerasain pacaran jarak jauh, dan rasanya itu ieeyuuuhh.... sudahlah, lupakan hal itu! aku pun tak ingin mengingatnya lagi. sakit. Eh tapi, rasanya ada yang salah deh dengan hubungan "berdekatan" ini. Buat apa hubungan berdekatan namun tanpa komunikasi? Lalu, ketika bersama yang ada justru pertengkaran. saling emosi. meninggikan ego masing-masing. dan sama-sama tak mampu mengendalikan diri masing-masing. sama-sama keras, sama-sama merasa benar. jika keduanya benar, lalu mengapa bertengkar? jika tak ada yang salah, lalu apa gunanya mengalah? Ah, bukan. Ini bukan karena aku lelah. Hanya saja, aku merasa ada yang harus diperbaiki jika tak ingin semua kebahagiaan ini hanya sekedar lewat, dan bahkan ini semu. Hanya Tuhan yang tahu, ke mana dan seperti apa hidup ini.

Baiklah, harus ada yang dirubah. Ehmmm... tepatnya, harus ada revolusi hubungan, biar kagak hambar, biar kagak membosankan dan berujung di....(?) ah, cekit kalau diucapkan. baiklah baiklah, semuanya akan baik-baik saja. semua akan indah pada waktunya. dunia ini ada di genggamanku. hidupku adalah milikku.

Semakin ke sini, aku merasa aku kekanak-kanakan. Eh tapi? kembali lagi, apakah salah jika aku salah jika setiap harinya ingin selalu bersama dia (re: pacar)? Yah, kalau memang salah, baiklah... akan ku ubah wacanaku, aku akan kembali menjadi diriku, yang kuat di kaki sendiri. Ah, tapi apa lacur, sepertinya semua terlambat. Aku telah terbiasa menikmati hari tak tanpa dia. Ah iya, tidak ada kata terlambat. semua bisa dikembalikan seperti semula. Aku hanya tak ingin menggenggam cintaku teramat erat. Karena aku takut, ia justru akan terlepas tak tersisa. Aku hanya akan menggenggamnya sekuat tenagaku, memberinya ruang untuknya menikmati yang ia inginkan. Mungkin juga, saat ini bukan hanya aku hidupnya, bukan hanya diriku yang memilikinya. Aku akan membiarkannya berlari, bukan untuk meninggalkanku, melainkan berlari merengkuhku dengan cinta yang seutuhnya. Ya, suatu saat nanti. Hari itu akan tiba. Untuk saat ini, biarlah kau menentukan apa yang kau mau. Apa yang terbaik bagimu. Karena, aku tak ingin merusaknya. Nikmatilah yang seharusnya kau nikmati, sayang... Aku tetap di sini, menanti cinta utuhmu.

Aku akan kembali dengan apa yang seharusnya. Yah, menikmati hidupku. Cinta bukan berarti setiap hari harus bersama. Cinta bukan berarti apa-apa berdua. Tentukan apa yang kau mau, dan aku pun demikian. Yang bisa memastikan dirimu pantas/layak yah dirimu sendiri. Aku, layaknya seorang perempuan, akan ku jalani kodratku. Menanti dan menanti. Suatu saat nanti, kau sendiri yang akan mebuktikan apakah kau layak ku anggap imam dalam sholatku, nahkoda dalam pelayaranku, dan pemimpin dalam istanaku. Hanya kamu sendiri yang memiliki jawaban atas semuanya. Yang ada sekarang, nikmatilah!!! Aku tak akan membatasimu.  Namun, aku hanya takut kau berlari pergi meninggalkanku. Sudahlah...

*bersambung....