KATA
Dalam
buku Tata Bahasa Deskriptif: Sintaksis karangan Harimurti Kridalaksana
penekanan kata di dalamnya adalah kata dalam pengertian linguistis. Dengan
membedakan kata atas satuan-satuan pembentukannya sehingga ada (a) kata sebagai
satuan ortografis, (b) kata sebagai
satuan fonologis, dan (c) kata sebagai satuan gramatikal.
a) Kata
sebagai satuan ortografis
Kata dapat ditandai oleh ortografis yang berlaku,
tergantung pada system aksara yang dipakai oleh suatu bahasa. Dalam bahasa
Indonesia berlaku system aksara latin, sehingga kata sebagai satuan tulisan
dipisahkan oleh spasi dari kata lain. Misalnya dalam contoh: “Bapak datang”
adalah dua kata yang ditandai oleh spasi di antaranya, yaitu “bapak” dan
“datang”.
b) Kata
sebagai satuan fonologis
Cirri fonologis untuk kata dalam bahasa Indonesia
adalah:
1. Pola
fonotaktik tertentu, yaitu pola umum suku kata V, VK, KV, KVK, KKV, KKVK, VKK,
KVKK, KKVKK, KKKV, dan KKKVK.
2. Tidak
ada gugus konsonan pada suku terakhir, kecuali /ns/ dan /ks/, itupun dari
bahasa asing.
3. Tidak
memiliki cirri-ciri suprasegmental untuk menentukan batas kata
4. Jeda
potensial
5. Apabila
ditemui urutan fonem seperti /mg/, /mt/, /td/, /kg/, dapat dipastikan bahwa
fonem yang kedua merupakan bagian kata lain.
c) Kata
sebagai satuan gramatikal
Kata gramatikal mempunyai dua cirri, sebagai
berikut:
1. Kebebasan
bergerak dengan tetap mempertahankan identitasnya (positional mobility), misalnya: “ini rumah”
2. Keutuhan
intern (internal cohesion) atau
ketaktersisipan (uninterruptibility)
Proses
pembentukan kata adalah proses terjadinya kata dari morfem dasar melalui perubahan
morfemis.
1) Gramatikalisasi
Adalah
perubahan tataran yang pertama dalam sintaksis, namun tidak semua morfem dapat
menjadi kata. Misalnya “ber” merupakan morfem terikat yang tidak dapat meningkat
menjadi kata, “rumah” merupakan morfem bebas yang dapat meningkat menjadi kata,
dan “juang” adalah morfem terikat , akan tetapi dapat meningakat menjadi kata.





2) Afiksasi
Masalah afiksasi dibicarakan dalam morfologi, dalam
hal ini hanya bersangkutan dengan pembentukan kata, khususnya kata kompleks. Dalam
bahasa Indonesia dikenal jenis-jenis afiks yang secara tradisional
diklasifikasikan atas tujuh macam:
a. Prefiks
adalah afiks yang terletak di muka bentuk dasar. Misalnya: meN-, di-, ber-,
ke-, ter-, se-, peN-, dan pe-/per-
b. Infiks
adalah afiks yang terletak di dalam bentuk dasar. Misalnya: -el-, -er-,
dan -em-
c. Sufiks
adalah afiks yang terletak di belakang bentuk dasar. Misalnya: -kan, -i, -nya,
-wati, -wan, -man, -isme, dan –isasi
d. Simulfiks
adalah afiks yang dimanifestasikan dengan cirri-ciri segmental yang dileburkan
pada bentuk dasar. Yaitu dalam bahasa Indonesia simulfiks dimanifestasikan
dengan nasalisai dari fonem pertama suatu bentuk dasar dan fungsinya ialah
menverbalkan nomina, adjektiva, atau kelas kata. Contohnya: kopi-ngopi,
soto-nyoto, dll
e. Kombinasi
afiks adalah kombinasi dari dua afiks atau lebih yang dihubungkan dengan bentuk
dasar. Contoh:

Dalam bahasa Indonesia
kombinasi afiks yang dikenal ialah “me-…-kan, me-…-i, memper-…-kan, dsb.
f. Konfiks
adalah yang terdiri dari dua unsur, satu di depan bentuk dasar dan satu di
belakang, dan berfungsi sebagai satu morfem terbagi. Dalam bahasa Indonesia
empat konfiks, yaitu ke-…-an, peN-…-an, per-…-an, ber-…-an. Contoh kata:
“keadaan” dari kata dasar “ada”
g. Superfiks
atau suprafiks adalah afiks yang dimanifestasikan dengan ciri-ciri
suprasegmental atau afiks yang berhubungan dengan morfem suprasegmental. Afiks
ini tidak terdapat dalam bahasa Indonesia.
Proses afiksasi
bukanlah sekedar perubahan bentuk saja, ada pula perubahan makna gramatikal karena
afiks adalah bentuk sedikit banyak mengubah makna gramatikal dari bentuk dasar.
Sistem afiksasi dalam bahasa Indonesia mengikuti proses. Contoh:
a.
Proses yang lengkap: pelajar






pengajaran




b. Proses
dengan rumpang




3) Reduplikasi
Proses reduplikasi bukanlah unsur gramatikal,
melainkan proses gramatikal, oleh karena itu reduplikasi bukanlah afiks.
Reduplikasi gramatikal adalah reduplikasi yang berfungsional. Dalam reduplikasi
gramatikal dapat dibedakan reduplikasi sintaksis dan reduplikasi morfemis. Reduplikasi
morfemis adalah reduplikasi gramatikal yang menghasilkan bentuk yang berstatus
kata. Contoh: rumah-rumah, bersih-bersih.
Reduplikasi morfemis diklasifikasikan atas lima macam:
a. Reduplikasi
penuh
Contoh: rumah-rumah, bersih-bersih
b. Reduplikasi
berinfiks
Contoh: tali-temali, turun-temurun, gunung-gemunung,teram-temaram.
c. Reduplikasi
dengan varian fonem
Contoh: bolak-balik, huru-hara, lauk-pauk, dll
d. Reduplikasi
dengan pengulangan suku pertama dengan atau tanpa pelemahan vokal, misalnya: tetamu, lelaki, dan leluhur.
e. Reduplikasi
antisipatoris, yaitu reduplikasi yang terjadi atas kata yang berprefiks dengan
menyebutkan dasarnya lebih dahulu, misalnya: pukul-memukul, tembak-menembak.
4) Penggabungan
morfem dasar
Kata dapat berbentuk karena morfem dasar bergabung
dengan morfem dasar. Dan hasil penggabungan disebut kata majemuk.
5) Pemendekan
Kata dapat juga terbentuk karena morfem dasar
tunggal atau gabungan morfem dasar disingkat. Proses pemendekan dapat diperinci
atas hal-hal sebagai berikut:
a. Penyingkatan
adalah pemendekan yang menghasilkan huruf atau gabungan huruf, seperti DPR, KKN
(singkatan auditif), ataupun yang tidak misalnya dsb dan yth (singkatan
visual). Hasil penyingkatan disebut singkatan.
b. Pemenggalan
adalah pemendekan dengan mempertahankan salah satu bagian morfem dasar,
misalnya: bu (dari ibu), dll. Hasil pemenggalan disebut penggalan.
c. Kontraksi
adalah pemendekan morfem dasar, misalnya: tak
(dari tidak), takkan (dari tidak akan),
dsb.
d. Akronim
adalah pemendekan dengan menggabungkan huruf atau suku kata atau bagian lain
yang ditulis dan dilafalkan sebagai kata yang memenuhi kaidah fonotaktik,
misalnya: sikon (dari situasi dan kondisi), dsb.
e. Pelambangan
huruf adalah pemendekan yang berupa satu huruf atau lebih yang menggambarkan
konsep dasar seperti kuantitas, satuan, atau unsure, misalnya: gr (untuk gram), cm (untuk sentimeter), dsb.
6) Derivasi
balik
Derivasi adalah proses terjadinya kata karena
bahasawan membentuknya berdasarkan pola-pola yang ada tanpa mengenal
unsur-unsurnya, sehingga terjadi bentuk secara historis tidak ada. Contoh:





7) Kombinasi
proses/ Gabungan Proses
Dalam menganalisis hasil gabungan perlu dilihat
proses mana yang lebih dahulu terjai, apakah proses afiksasi lebih dulu
kemudian reduplikasi atau sebaliknya.
a. Reduplikasi
bergabung dengan afiks
Contoh: berfoya-foya, berangan-angan, dsb.
b. Afiks
bergabung dengan reduplikasi
Contoh: berseri-seri memilih-milih
Tergesa-gesa bermain-main,
dsb.
c. Afiks
bergabung dengan gabungan morfem dasar
Contoh: bersatu padu, tersebar luas, dsb.
d. Afiks
bergabung dengan kependekan
Contoh: di-tilang, di-SK-kan, dsb.
e. Gabungan
morfem dasar bergabung dengan afiks
Contoh: berperan serta, berbulan madu, bersenda
gurau.
f. Afiks
bergabung dengan derivasi balik
Contoh: dipungkiri, dipintanya
g. Reduplikasi
terhadap gabungan
Contoh: rumah-rumah sakit, orang-orang tua,
nilai-nilai agama, angka-angka ujian